Dua Tiga Ruko Terlampaui

Posted: January 2, 2016 in Sela

SEKITAR dua bulan yang lalu gue akhirnya mengganti sepeda lipat 16 inchi gue dengan sepeda beroda 700c. Kalau dikonversi, diameter roda sepeda baru gue sekitar 28 inchi. Jenisnya sepeda balap, namun tanpa gigi alias single speed.

Sayangnya, sepeda tersebut produk impor. Mereknya London Taxi, berlogo SNI. Pas kebetulan harganya masih masuk di kantong dan bisa dicicil tanpa bunga.

Tadinya gue mengincar sepeda kota lokal keluaran Polygon. Tapi ga ada yg bisa dicicil tanpa bunga. Akhirnya, ‘terpaksa’ beli si Loxi. Dan di sini gue menuangkan tinjauan gue tentang sepeda tersebut.

Loxi ketika baru diantar pihak toko. Setang sudah gue naikkan.

Loxi ketika baru diantar pihak toko. Setang sudah gue naikkan.

Warnanya pink kombinasi warna putih pada setang dan roda. Seperti halnya sepeda balap, posisi setangnya nunduk. Gue ga tahan pakai setang begitu, ga bisa santai. Jadi gue putar posisinya supaya agak tegak.

Sadelnya terasa keras. Untuk mengatasinya gue pasang sarung sadel busa gel. Mayan, ga keras lagi.

Bodinya enteng, sekitar 12 kg sehingga cukup mudah diangkat-angkat. Ini sangat penting karena gue setidaknya dua kali mengangkat-angkat sepeda tiap perjalanan pp rusun-kantor (9-10 km). Itu terutama ketika menghadapi jalan berportal.

Walaupun bodinya enteng, rangkanya kokoh sehingga mantap dikayuh di jalan beraspal. Waktu memakai sepeda lipat 16 inchi gue perlu 2-3 kali kayuhan untuk melewati sebuah ruko. Dengan Loxi, 2-3 ruko terlampaui sekali kayuh..pake ancang-ancang dulu tapi..hehehehe..

Di sini Loxi parkir saat di kantor. Ga ada tempat parkir khusus sepeda.

Di sini Loxi parkir saat di kantor. Ga ada tempat parkir khusus sepeda.

Dan di sini Loxi berdiam saat di rusun.

Dan di sini Loxi berdiam saat di rusun.

Sekarang benar-benar bisa ngebut di jalan, asalkan jalanan longgar. Kalau dulu, pakai si Nitnit, mau ngebut ga bisa (baca juga : Kring, Kring, Gowes Gowes). Sekuat tenaga mengayuh, yang ada malah kaki lepas dari pedal karena pedal sepeda ga sanggup mengikuti gerak kaki.

Berkat Loxi, waktu tempuh lebih singkat dan relatif tidak melelahkan. Yang biasanya sejam saat perjalanan berangkat, sekarang cuma sekitar 45 menit. Dulu rasanya ga sanggup tiap hari bersepeda ke kantor. Sekarang tiap hari ke kantor bersepeda saja rasanya kurang. Nagih.

Memang kualitas, jenis, dan kondisi sepeda sangat menentukan. Waktu di Groningen beberapa tahun lalu, gue sempat lama memakai sepeda gunung, juga single speed. Di brosur iklan pendidikan disebutkan jarak dari asrama gue di Winschoterdiep ke kampus Fakultas Ekonomi dan Bisnis RuG di Zernikeplein, memakan waktu sekitar 15 menit bersepeda. Jaraknya kurang lebih 7 km.

Kenyataannya rata-rata gue menempuhnya dalam 25 menit. Gue penasaran masa ga bisa ngayuh cepat kayak para bule londo itu. Memang mereka rata-rata pakai sepeda onthel yang kayuhannya ringan dengan roda 28-29 inchi. Sedangkan sepeda gunung relatif lebih berat di jalan rata beraspal.

Satu waktu dengan sekuat tenaga gue berhasil sampai kampus dalam waktu 15 menit. Tapi setiba di parkiran sepeda, nyaris kehabisan napas dan pandangan gue berkunang-kunang. Terpaksalah duduk dulu di situ sekitar 5-10 menit. Sama juga akhirnya :p Gue yakin kalau pakai si Loxi, 15 menit sih bisalah, ga pake berkunang-kunang.

Kapan ya bisa jajal? 😀

*****

 

Leave a comment